Erwin Yunaz, SE, MMM
Mahasiswa Program Doktor Kajian Lingkungan dan Pembangunan
Universitas Negeri Padang
Sungai Batang Agam merupakan salah satu sungai terpanjang yang melintasi Kota Payakumbuh, dengan panjang 15,6 km, melintasi empat kecamatan dan sebelas kelurahan serta bermuara pada sungai batang sinamar.
Sungai ini melintasi permukiman, areal pertanian, perikanan, pariwisata dan penambangan yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat payakumbuh. Tanpa disadari aktifitas masyarakat di daerah aliran sungai Batang Agam sebelumnya telah mengakibatkan penurunan fungsi sungai yang ditandai dengan penyempitan, pendangkalan dan pencemaran sungai.
Disamping itu hal itu juga mengakibatkan debit air sungai menjadi tidak stabil dan sering berubah sehingga merusak kondisi lahan maupun perubahan yang terjadi pada aliran sungai. Selain itu, faktor penyebab lainnya adalah perilaku masyarakat dan dengan segala aktifitasnya di daerah aliran sungai, ikut memicu terjadinya kerusakan terhadap sungai tersebut.
Beranjak dari permasalahan tersebut maka pemerintah Kota Payakumbuh melalui institusi PUPR berkolaborasi bersama Balai Wilayah Sungai Sumatera 5 (BWSS5) melakukan normalisasi terhadap DAS Batang Agam pada lima kelurahan yang dilalui aliran sungai Batang Agam.
Proyek normalisasi tersebut telah berjalan dari tahun 2015 yang diawali dengan proses ganti wajar lahan masyarakat yang termasuk dalam wilayah pelaksanaan proyek normalisasi tersebut.
Anggaran yang begitu besar yang dimanfaatkan untuk mendanai pelaksanaan pembangunan ini kemudian diharapkan akan memberikan multiplier effect terhadap masyarakat Kota Payakumbuh.
Desain pembangunan Daerah aliran sungai Batang Agam dibuat dengan memikirkan berbagai aspek dan memiliki multi-manfaat. Output tambahan pada pembangunan ini adalah groundsil intake PDAM dan objek wisata baru bagi masyarakat dalam dan luar kota Payakumbuh.
Objek wisata yang dibangun pada spot-spot sepanjang daerah aliran sungai Batang Agam telah dirancang sedemikian rupa sehingga menawarkan berbagai kriteria wisata bagi masyarakat seperti area bermain anak, joging track, bike track, area pertunjukan (medan nan bapaneh), serta food court.
Disamping itu semua tidak dapat dipungkiri dukungan keindahan alam yang dianugerahkan oleh sang maha pencipta sehingga kawasan ini dapat dijadikan destinasi wisata yang unik karena sekaligus menyajikan tiga keindahan alam yaitu berupa pemandangan alam gunuang sago nan hijau dan menjulang, ditingkah gemercik air sungai nan mengalir jernih dan semilir angin sejuk hembusan angin dari sela-sela daun padi serta aroma lumpur segar dari hamparan sawah disepanjang sisi sungai.
Pengembangan kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata andalan Kota Payakumbuh tentu patut dipertimbangkan karena potensi kepariwisataan kota Payakumbuh sebelumnya juga cukup mampu mendukung kehadiran destinasi kawasan ini, seperti tingginya jumlah wisatawan luar derah yang berkunjung ke Kota Payakumbuh tiap tahunnya, potensi wisata kuliner yang beragam dan menanti untuk dicicipi para wisatawan, ketersedian sarana dan prasarana trasnportasi serta akomodasi kepariwisataan yang mumpuni. Demikian juga halnya dengan rebranding Kota Payakumbuh sebagai KOTA RANDANG masih harus menunjukkan jati diri yang mendunia.
Dari aspek pembangunan fisik, proyek ini telah berjalan selama lebih dari 4 tahun dan sudah dapat dikatakan rampung, namun dalam pengelolaannya sebagai desetinasi wisata proyek ini dapat dikatakan baru mulai berjalan. Pemanfaatan kawasan sebagai salah satu destinasi wisata perlu di tata dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal dengan dampak lingkungan seminimal mungkin.
Dalam pelaksanaannya strategi pengelolaan dan aturan yang dibuat guna pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan tidak akan berjalan baik tanpa strategi komunikasi yang tepat dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan kerjasama berbagai pihak diantaranya Pemerintah Kota Payakumbuh, lembaga pendidikan, swasta, alim ulama, cadiak pandai dan masyarakat kota Payakumbuh pada umumnya.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa kehadiran destinasi wisata baru ini akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat disekitar lokasi. Untuk ini perlu dilakukan strategi komunikasi persuasif antara pengelola dengan masyarakat sekitar, sehingga terjadi sinergi yang baik dan saling mendukung antara keberadaan destinasi wisata ini dengan masyarakat.
Dalam pengelolaan kawasan DAS Batang Agam sebagai salah satu destinasi wisata andalan Kota Payakumbuh pemerintah sebagai pengelola akan lebih proaktif mensosialisasikan, mempromosikan keberadaan destinasi tersebut melalui berbagai media komunikasi yang ada mulai dari media cetak, audio, audio visual, dan media sosial lainnya sehingga informasi mengenai destinasi DAS Batang Agam BWS Sumatera 5 dapat melewati batas ruang dan waktu.
Dalam pemanfaatannya dibutuhkan srategi pengelolaan yang tepat melalui strategi komunikasi yang lebih kompleks, strategi yang digunakan merupakan gabungan dari startegi komunikasi masa dan komunikasi persuasif.
Dimana diharapkan dapat menyentuh dan mempengaruhi perilaku pengunjung dalam bersikap dan berperilaku seirama dengan alam sehingga tidak mengotori dan merusak, bahkan diharapkan melalui berbagai efent dan salah satu spot wisata yang ditawarkan di kawasan destinasi tersebut (pojok GO GREEN) dapat menumbuhkan kecintaan pengunjung terhadap lingkungan.
Dengan terciptanya sinergi yang baik antara keberadaan destinasi wisata DAS Batang Agam BWS Sumatera 5, masyarakat dan lingkungan maka diharapkan dapat meningkatkan pembangunan kepariwisataan Kota Payakumbuh secara umum dan pada gilirannya nanti juga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Payakumbuh.